Salam sapa
Memungut hikmah dari pengalaman hidup kita hari ini. kerja inilah yang tengah saya lakukan di sela-sela aktivitas yang saya lakoni. saya mencoba memaknai pengalaman berkesan yang Allah bentangkan di depan mata. Upaya tadi penting bagi saya karena setiap hal yang kita alami dalam detik-detik hidup kita tidaklah sia-sia. Segalanya telah diatur dengan rapi oleh sang Pencipta. Siapa orang yang bertemu dengan kita, sudah diatur Allah. Bagaimana kondisi dan suasana yang kita temui juga diatur Allah. Namun, Allah tidak mendiktekan reaksi kita saat bertemu orang dan situasi tadi. Kita bebas mengambil sikap terhadap dua komponen tadi.Tentu saja hal ini bukan karena kekuasaan Allah atas diri kita terbatas. Itu sama sekali tidak benar. Menurut saya, kebebasan yang Allah berikan merupakan satu ujian bagi kita. Selama ini hati kita diberi dua kecenderungan: menuju ke kebaikan atau keburukan. Nah, Allah selanjutnya merancang skenario guna menguji kecenderungan hati kita. Dari sini kita dapat menemukan hikmah yang bisa dijadikan pegangan hidup.
Saya juga yakin terdapat beragam hikmah dari satu pengalaman hidup. Kemampuan kita menangkap hikmah itu tergantung pada keluasan wawasan berpikir kita. Apabila kita memiliki wawasan yang luas, kita bisa menganalisis dari sejumlah sudut pandang. Dari sini akan diperoleh lebih banyak hikmah. Sebaliknya jika wawasan kita terbatas, sangat mungkin kita hanya akan menemukan sedikit hikmah. Bahkan, ketika kita tidak punya rujukan sama sekali, suatu hikmah baru bisa kita dapatkan setelah orang lain menganalisis pengalaman tersebut.
Berangkat dari pemikiran tadi, saya menjadi lebih paham alasan yang melatarbelakangi perintah Allah dan Rasulullah terhadap umatnya untuk selalu belajar. Banyak hadits Rasulullah yang memotivasi kita untuk tekun belajar. Belajarlah dari tiang ayunan hingga ke liang lahat. Perintah belajar menurut hadits tersebut tidak hanya ditujukan pada anak-anak yang tengah bersekolah. Di sini nabi menegarkan bahwa belajar itu berlangsung sepanjang hayat. Proses itu berlangsung sejak kita masih dalam buaian hingga kita menemui ajal. Hadits kedua menyebutkan:Tuntutlah ilmu walau hingga ke negeri cina. Secara geografis, letak negeri cina dari makkah sangatlah jauh. Medannya pun tidak mudah dilalui. Untuk menempuh jarak tersebut, kita tentu membutuhkan bekal yang cukup. Belajar ke negeri cina menjadi semacam motivasi dari Nabi untuk mengkaji ilmu walaupun terbentang tantangan yang berat saat menuju ke sana. Kedua hadits tentang belajar tadi sangatlah populer di kalangan umat Islam. Umat islam diajak Nabi untuk menghargai tinggi ilmu pengetahuan. Rupanya belajar memasukkan banyak pengetahuan dan informasi baru ke benak kita. Selanjutnya belajar memancing kita untuk memikirkan hal-hal yang terjadi di sekitar kita. Tentu saja dengan tetap mengindahkan aturan yang sudah digariskan Allah. Inilah esensi dari ayat pertama Al Qur’an yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad di Gua Tsur. Orang yang selalu memikirkan pengalaman hidup sepanjang waktu disebut Allah sebagai ulul albab. Mereka yang telah berhasil menemukan hikmah selanjutnya memuji kepada Allah dan memohon ampunan atas segala dosa yang dia perbuat.
Lantas apa yang mesti dilakukan setelah kita memperoleh hikmah? Setiap mukmin diperintahkan Allah untuk saling membantu dalam melakukan perbuatan baik. Pada waktu yang sama, kita juga diperintahkan untuk tidak bekerja sama dalam melakukan perbuatan buruk. Nah, berbagi hikmah dengan orang lain merupakan salah satu wujud bekerja sama untuk melakukan pebruatan baik. Hikmah yang kita peroleh tidak hanya untuk diri sendiri. Orang lain pun perlu memilikinya walau tidak mengalaminya sendiri. Dengan cara ini, terdapat manfaat yang bisa dirasakan bersama.
Saya yakin, proses mengasah otak dan hati inilah yang menjadi kunci dalam membangun peradaban umat manusia.
Tammi Prastowo