Blessings Everytime by Yulia Murdianti - HTML preview

PLEASE NOTE: This is an HTML preview only and some elements such as links or page numbers may be incorrect.
Download the book in PDF, ePub, Kindle for a complete version.

BERSATU DALAM AJARAN KASIH

Pada suatu hari Minggu, ketika saya mengikuti perayaan Ekaristi di Gereja, saya merasa ada

sesuatu yang ingin disampaikan Tuhan selain khotbah Pastor hari itu. Saya sendiri tidak

tahu, tetapi memang beberapa kali saya mengalami tiba-tiba terbersit sebuah pemikiran

dalam benak saya yang menurut saya, hal itu bisa jadi adalah salah satu ‘pembukaan pikiran’

yang dianugerahkan Tuhan kepada saya. Ini mirip dengan peristiwa yang pernah saya alami

sewaktu pertama kali mengikuti Adorasi Sakramen Mahakudus. Seakan Tuhan ‘berbicara’

dalam pikiran saya dan menjawab pertanyaan serta keraguan yang muncul dalam benak

saya.

Hari itu saya tidak punya pemikiran apapun mengenai topik yang diangkat Tuhan. Saya

hanya sekilas memandang umat yang hadir di gereja, dan tiba-tiba saya berpikir, apa yang

terjadi dengan pasangan atau keluarga yang memiliki perbedaan keyakinan di dalamnya?

Saya tidak bisa membayangkan seorang istri atau suami pergi ke gereja seorang diri,

sementara pasangannya beribadah di tempat lain. Saya rasa pasangannya pun mengalami

pergumulan yang sama. Di saat membangun sebuah keluarga seyogyanya merupakan

sarana pemersatu dua insan untuk membentuk sebuah komunitas baru yang bersatu padu,

perbedaan keyakinan seringkali menjadi sebuah halangan untuk menciptakan kebersamaan

dalam keluarga.

Di Indonesia sendiri, sebuah pernikahan harus sah secara agama dan secara pencatatan

negara. Keabsahan suatu pernikahan secara agama inilah yang biasanya menjadi masalah

tersendiri bagi pasangan-pasangan yang berbeda agama. Dalam Gereja Katolik sendiri,

sebenarnya pernikahan berbeda agama ini tidak dilarang, hanya saja pernikahan seorang

Katolik dengan nonKatolik akan dianggap sah apabila dilakukan dengan tatacara gereja

Katolik, tanpa mengubah agama atau keyakinan pasangan yang nonKatolik.

Perenungan singkat itu kemudian berkembang lebih lanjut kepada asal muasal agama di

dunia ini. Kita semua tahu bahwa Tuhan Yesus datang ke dunia ketika sudah ada agama

Yahudi. Ketika Tuhan Yesus wafat, banyak aliran kepercayaan berkembang di dunia ini.

Penyembahan kepada dewa-dewa, animisme dan dinamisme kuno, agama Hindu dan Budha

pun telah berkembang sebelum agama Kristen berkembang pesat. Pertanyaannya, apakah

Yesus datang untuk menciptakan agama Kristen? Dari semua ajaran Tuhan yang saya baca

dan saya ketahui dari Alkitab, tidak satu pun yang menunjukkan keinginan Tuhan untuk

mengkotak-kotakkan manusia dalam kelompok-kelompok tertentu, termasuk kelompok

agama. Kita, manusia sendirilah yang menciptakan pengkotak-kotakan itu! Atas dasar ritual,

sosok yang disembah, dan berbagai hal lain, manusia menciptakan kelompok-kelompok

yang akhirnya disebut ‘agama’.

15 | P a g e

Satu hal yang perlu kita ingat lagi, ‘agama’ hanya membatasi kita dalam hal ritual. Namun

ketika kita mau melihat lebih dalam, bukankah yang kita sembah adalah satu : Tuhan Yang

Maha Esa? Oleh karena itu, rasanya sungguh tidak masuk akal dan memilukan ketika kita

membatasi diri dan pergaulan kita hanya dengan alasan kita berada di ‘kotak’ yang berbeda.

Tuhan datang dengan membawa ajaran kasih. Ajaran ini sangat universal dan ada dalam

semua ajaran agama. Sisi universal inilah yang seringkali kita lupakan. Mungkin kita

menganggap bahwa berkat Tuhan Yesus hanya ada untuk orang Kristen. Tentu saja tidak!

Bukankah Tuhan Yesus datang untuk menebus dosa semua umat manusia? Kealpaan kita

karena seringkali menganggap diri kita yang paling suci dan benar, hanya diri kita yang layak

dan akan menerima berkat dari Tuhan, inilah yang membuat kita terlena dan jatuh dalam

dosa kesombongan rohani. Saya rasa salah satu alasan Tuhan membawa ajaran yang

universal adalah karena Ia tidak ingin kita hidup dalam ‘kotak-kotak’ yang kita ciptakan

sendiri. Memang, perbedaan ritual akan membuat kita merasa berbeda satu sama lain,

tetapi hendaknya hal itu tidak menjadi halangan dan alasan untuk tidak bersikap terbuka

satu sama lain dalam bekerja sama demi tujuan yang lebih besar.

Semoga kasih Tuhan senantiasa melingkupi kita semua agar kita selalu sadar dan ingat

bahwa kita semua satu di dalam Tuhan. Berkah Dalem .

16 | P a g e