Saya sempat merasa bimbang akan masa depan saya. Ada beberapa pemikiran yang muncul
dalam benak saya, dorongan untuk mengambil keputusan besar dalam hidup saya,
sementara begitu banyak hal terjadi dalam hidup saya. Saya bisa saja mengambil beberapa
peristiwa, mengaitkannya dengan dorongan yang muncul dalam pikiran saya, dan
menganggapnya sebagai ‘tanda’ dari Tuhan untuk melakukan sesuatu, dan memang saya
hampir saja melakukannya. Namun, saya mencoba menahan diri dan memeriksa kembali,
apakah sungguh peristiwa-peristiwa itu adalah ‘tanda’ dari Tuhan, ataukah sekedar
pembenaran diri dan alasan yang saya cari-cari sendiri untuk memenuhi dorongan yang
muncul dalam pikiran saya?
Saya menyadari sepenuhnya, tidak ada yang tahu apa yang direncanakan Tuhan dalam
hidup ini. Namun, saya percaya satu hal, yaitu bahwa rencana Tuhan adalah yang terbaik.
Berpegang pada keyakinan itu, saya tidak terburu-buru mengambil keputusan. Saya
berusaha memeriksa kembali motivasi dalam diri saya. Apakah dorongan yang muncul itu
berasal dari Tuhan, dari ego saya sendiri, ataukah dari si jahat? Ketika dihadapkan pada
pilihan, seringkali kita bingung untuk mengambil keputusan. Seperti halnya yang saya alami
selama beberapa minggu terakhir ini, saya pun mencoba memilah-milah asal mula dorongan
tersebut, apa dasarnya, apa efeknya, apa saja yang akan terpengaruh dengan keputusan
saya nantinya. Kadang saya pun mencapai sebuah batas, mentok di suatu dinding tak
terlihat. Saya sungguh tidak bisa mengatakan keputusan mana yang terbaik. Akan lebih
mudah jika dihadapkan pada dua pilihan yang kontras, dimana pilihan yang satu jelas
bukanlah pilihan yang baik. Jika kasusnya demikian, kita bisa dengan mudah menjatuhkan
pilihan. Akan tetapi, kebanyakan dalam hidup ini, kita dihadapkan pada pilihan yang samar-
samar perbedaannya. Keduanya tampak sama-sama baik, sama-sama memberikan manfaat.
Dalam situasi seperti itu, satu hal yang harus dilakukan adalah tidak putus berdoa. Setiap
hari saya memohon kepada Tuhan supaya Tuhan menunjukkan jalanNya untuk saya.
Apapun jalan yang dipilih Tuhan, jika memang Ia berkehendak, maka pasti jalan akan
terbuka.
Saya tahu, tidak mudah mengatakan sebuah dorongan berasal dari Allah atau dari diri kita
sendiri. Hal inilah yang juga membuat saya ragu dan bimbang. Saya tahu, Allah membenci
kebimbangan atau sikap yang suam-suam kuku. Namun, saya hanyalah seorang manusia
biasa, manusia ciptaan Allah, yang juga sejak lahir diciptakanNya dengan sifat-sifat yang
saya miliki hingga saat ini. Saya lega ketika mengetahui bahwa seperti apapun keadaan kita,
Allah tetap mengasihi kita. sekalipun saya sering bimbang, Allah tetap setia dan mengasihi
saya. Justru dengan kebimbangan itu, saya pun menjadi semakin dekat dengan Allah. Saya
yang merasa bingung melangkah, akhirnya hanya ada satu tempat yang bisa menjadi
pegangan hidup saya: hadirat Allah. Sungguh, tiada hal lain yang dapat menjadi tempat
74 | P a g e
pelarian kita ketika kita mengalami kebimbangan dalam hidup; ketika kita ragu atau bingung
untuk memutuskan sesuatu...hanya ada satu tempat yang paing tepat untuk meletakkan itu
semua. Itulah hadirat Allah.
Seiring dengan berjalannya waktu, saya sedikit mengerti mengapa Tuhan Yesus pernah
bersabda “Janganlah kamu khawatir akan apapun juga,”. Kekhawatiran adalah ketakutan
yang muncul karena ketidakpastian hidup. Kebingungan saya dalam mengambil keputusan
pun salah satunya berasal dari rasa khawatir ini. Bingung, cemas, bimbang...perasaan-
perasaan yang muncul akibat ketidakpastian masa depan ini, pada hakekatnya adalah
sesuatu yang manusiawi. Namun, saya belajar, bahwa jika saya sungguh percaya kepadaNya
dan menyerahkan hidup saya kepadaNya, siap untuk hidup di jalanNya...maka saya tidak
perlu khawatir akan apapun juga. Apa saja yang saya perlukan, Ia akan menyediakannya
juga pada waktuNya. Saya bingung karena saya terlalu banyak berpikir dan
mengkhawatirkan banyak hal. Padahal, sebenarnya hidup ini begitu sederhana. Kita hidup
pada saat ini, bukan pada masa lalu ataupun masa depan. Kecemasan akan masa depan
yang belum pasti tidak akan memberikan faedah apapun. Dari peristiwa-peristiwa
sederhana yang saya alami akhir-akhir ini pun, saya belajar, bahwa Tuhan itu sungguh
Mahakuasa. “...ketahuilah bahwa Akulah Allah,” firman Tuhan. Sebagai orang percaya,
dengan mengakui dan percaya bahwa Allah sungguh Mahakuasa, sesungguhnya kita tidak
perlu lagi mencemaskan berbagai perkara, karena Allah sanggup melakukan segalanya demi
kebaikan kita.
Memang hingga saat ini saya belum juga melihat tanda dari Tuhan, dan saya pun berdoa
agar ketika tanda itu diberikan, saya sungguh bisa memahaminya juga. Akan tetapi,
sekalipun saya belum melihat tanda-tandaNya, saya percaya Ia sanggup mengatur
segalanya. Mungkin sekarang belum waktunya, mungkin Ia tengah mempersiapkan
segalanya untuk diberikan pada waktu yang tepat.
Jika kita bisa berprasangka positif kepada Tuhan, mengapa memilih untuk larut dalam
kecemasan dan ketakutan? Tuhan Allah itu Mahasegalanya. Tidak ada satu pun di alam
semesta ini yang sanggup menghalangi rencanaNya. Apabila Ia sungguh berkehendak, maka
jadilah hal itu seperti yang dikehendakiNya. Sekalipun kita mencoba untuk menghindar dari
kehendakNya, saya percaya Ia tidak akan bosan untuk mengingatkan kita dan menarik kita
kembali ke jalanNya.
Kita punya Allah yang Mahakuasa, karena itu marilah berusaha untuk selalu percaya bahwa
Ia tengah merancang hidup yang terbaik untuk kita, menunggu saat yang tepat untuk
menunjukkan jalanNya kepada kita. AMDG!
75 | P a g e