Blessings Everytime by Yulia Murdianti - HTML preview

PLEASE NOTE: This is an HTML preview only and some elements such as links or page numbers may be incorrect.
Download the book in PDF, ePub, Kindle for a complete version.

SAAT HIDUP DALAM KEBIMBANGAN

Saya sempat merasa bimbang akan masa depan saya. Ada beberapa pemikiran yang muncul

dalam benak saya, dorongan untuk mengambil keputusan besar dalam hidup saya,

sementara begitu banyak hal terjadi dalam hidup saya. Saya bisa saja mengambil beberapa

peristiwa, mengaitkannya dengan dorongan yang muncul dalam pikiran saya, dan

menganggapnya sebagai ‘tanda’ dari Tuhan untuk melakukan sesuatu, dan memang saya

hampir saja melakukannya. Namun, saya mencoba menahan diri dan memeriksa kembali,

apakah sungguh peristiwa-peristiwa itu adalah ‘tanda’ dari Tuhan, ataukah sekedar

pembenaran diri dan alasan yang saya cari-cari sendiri untuk memenuhi dorongan yang

muncul dalam pikiran saya?

Saya menyadari sepenuhnya, tidak ada yang tahu apa yang direncanakan Tuhan dalam

hidup ini. Namun, saya percaya satu hal, yaitu bahwa rencana Tuhan adalah yang terbaik.

Berpegang pada keyakinan itu, saya tidak terburu-buru mengambil keputusan. Saya

berusaha memeriksa kembali motivasi dalam diri saya. Apakah dorongan yang muncul itu

berasal dari Tuhan, dari ego saya sendiri, ataukah dari si jahat? Ketika dihadapkan pada

pilihan, seringkali kita bingung untuk mengambil keputusan. Seperti halnya yang saya alami

selama beberapa minggu terakhir ini, saya pun mencoba memilah-milah asal mula dorongan

tersebut, apa dasarnya, apa efeknya, apa saja yang akan terpengaruh dengan keputusan

saya nantinya. Kadang saya pun mencapai sebuah batas, mentok di suatu dinding tak

terlihat. Saya sungguh tidak bisa mengatakan keputusan mana yang terbaik. Akan lebih

mudah jika dihadapkan pada dua pilihan yang kontras, dimana pilihan yang satu jelas

bukanlah pilihan yang baik. Jika kasusnya demikian, kita bisa dengan mudah menjatuhkan

pilihan. Akan tetapi, kebanyakan dalam hidup ini, kita dihadapkan pada pilihan yang samar-

samar perbedaannya. Keduanya tampak sama-sama baik, sama-sama memberikan manfaat.

Dalam situasi seperti itu, satu hal yang harus dilakukan adalah tidak putus berdoa. Setiap

hari saya memohon kepada Tuhan supaya Tuhan menunjukkan jalanNya untuk saya.

Apapun jalan yang dipilih Tuhan, jika memang Ia berkehendak, maka pasti jalan akan

terbuka.

Saya tahu, tidak mudah mengatakan sebuah dorongan berasal dari Allah atau dari diri kita

sendiri. Hal inilah yang juga membuat saya ragu dan bimbang. Saya tahu, Allah membenci

kebimbangan atau sikap yang suam-suam kuku. Namun, saya hanyalah seorang manusia

biasa, manusia ciptaan Allah, yang juga sejak lahir diciptakanNya dengan sifat-sifat yang

saya miliki hingga saat ini. Saya lega ketika mengetahui bahwa seperti apapun keadaan kita,

Allah tetap mengasihi kita. sekalipun saya sering bimbang, Allah tetap setia dan mengasihi

saya. Justru dengan kebimbangan itu, saya pun menjadi semakin dekat dengan Allah. Saya

yang merasa bingung melangkah, akhirnya hanya ada satu tempat yang bisa menjadi

pegangan hidup saya: hadirat Allah. Sungguh, tiada hal lain yang dapat menjadi tempat

74 | P a g e

pelarian kita ketika kita mengalami kebimbangan dalam hidup; ketika kita ragu atau bingung

untuk memutuskan sesuatu...hanya ada satu tempat yang paing tepat untuk meletakkan itu

semua. Itulah hadirat Allah.

Seiring dengan berjalannya waktu, saya sedikit mengerti mengapa Tuhan Yesus pernah

bersabda “Janganlah kamu khawatir akan apapun juga,”. Kekhawatiran adalah ketakutan

yang muncul karena ketidakpastian hidup. Kebingungan saya dalam mengambil keputusan

pun salah satunya berasal dari rasa khawatir ini. Bingung, cemas, bimbang...perasaan-

perasaan yang muncul akibat ketidakpastian masa depan ini, pada hakekatnya adalah

sesuatu yang manusiawi. Namun, saya belajar, bahwa jika saya sungguh percaya kepadaNya

dan menyerahkan hidup saya kepadaNya, siap untuk hidup di jalanNya...maka saya tidak

perlu khawatir akan apapun juga. Apa saja yang saya perlukan, Ia akan menyediakannya

juga pada waktuNya. Saya bingung karena saya terlalu banyak berpikir dan

mengkhawatirkan banyak hal. Padahal, sebenarnya hidup ini begitu sederhana. Kita hidup

pada saat ini, bukan pada masa lalu ataupun masa depan. Kecemasan akan masa depan

yang belum pasti tidak akan memberikan faedah apapun. Dari peristiwa-peristiwa

sederhana yang saya alami akhir-akhir ini pun, saya belajar, bahwa Tuhan itu sungguh

Mahakuasa. “...ketahuilah bahwa Akulah Allah,” firman Tuhan. Sebagai orang percaya,

dengan mengakui dan percaya bahwa Allah sungguh Mahakuasa, sesungguhnya kita tidak

perlu lagi mencemaskan berbagai perkara, karena Allah sanggup melakukan segalanya demi

kebaikan kita.

Memang hingga saat ini saya belum juga melihat tanda dari Tuhan, dan saya pun berdoa

agar ketika tanda itu diberikan, saya sungguh bisa memahaminya juga. Akan tetapi,

sekalipun saya belum melihat tanda-tandaNya, saya percaya Ia sanggup mengatur

segalanya. Mungkin sekarang belum waktunya, mungkin Ia tengah mempersiapkan

segalanya untuk diberikan pada waktu yang tepat.

Jika kita bisa berprasangka positif kepada Tuhan, mengapa memilih untuk larut dalam

kecemasan dan ketakutan? Tuhan Allah itu Mahasegalanya. Tidak ada satu pun di alam

semesta ini yang sanggup menghalangi rencanaNya. Apabila Ia sungguh berkehendak, maka

jadilah hal itu seperti yang dikehendakiNya. Sekalipun kita mencoba untuk menghindar dari

kehendakNya, saya percaya Ia tidak akan bosan untuk mengingatkan kita dan menarik kita

kembali ke jalanNya.

Kita punya Allah yang Mahakuasa, karena itu marilah berusaha untuk selalu percaya bahwa

Ia tengah merancang hidup yang terbaik untuk kita, menunggu saat yang tepat untuk

menunjukkan jalanNya kepada kita. AMDG!

75 | P a g e