Dongeng Sebelum Tidur by tammi prastowo - HTML preview

PLEASE NOTE: This is an HTML preview only and some elements such as links or page numbers may be incorrect.
Download the book in PDF, ePub, Kindle for a complete version.


Resah di awal bulan

Pernahkah Anda merasa resah melihat uang gaji yang diterima di awal bulan? Saat ini saya tengah mengalaminya. Saya sempat merasa cemas ketika melihat pos-pos pengeluaran yang harus saya penuhi. Dari gaji yang saya terima, hanya tersisa Rp150.000,00 saja untuk konsumsi satu bulan. Masya Allah, saya sempat shock merenunginya. Bagamaina caranya memenuhi keperluan konsumsi bagi istri dan seorang anak saya dengan uang sejumlah itu?

Kondisi sekarang mengingatkan saya pada beberapa peristiwa yang lalu. Dulu saya sering mengalami keadaan kepepet saat masih kuliah. Uang bekal dari orang tua sudah sangat tipis. Semua pos pengeluaran sudah dipenuhi. Tinggal dua pos saja yang harus dibiayai: pos konsumsi dan ongkos pulang. Pilihannya menjadi hitam dan putih. Jika sisa uang digunakan untuk makan, maka tidak ada ongkos pulang ke Purworejo. Padahal kepulangan itu bertujuan untuk meminta biaya hidup selama seminggu ke depan. Nah, dalam kondisi seperti itu, saya cenderung memilih mengalahkan pos konsumsi. Jika biasanya makan sehari tiga kali, di masa krisis, makan berkurang menjadi dua kali.

Sering pula nasi saya ganti dengan singkong. Saya pergi ke pasar Ledoksari membeli singkong. Di kos, saya rebus singkong itu lalu saya makan panas-panas. Sebagian saya sisakan untuk makan siang. Dengan demikian, saya bisa pulang ke rumah untuk mengambil uang jatah mingguan.

Setelah berkeluarga, saya juga pernah mengalami kondisi semacam ini. Waktu itu saya mau pindah ke rumah kontrakan yang pertama. Uang sudah habis untuk bayar kontrakan. Sisa uang akan digunakan untuk keperluan konsumsi anak yang masih bayi. Sementara saya belum punya perabot penting seperti lemari, kasur, dan tempat tidur. Dari mana lagi dapat uangnya? Untungnya  waktu itu dapat pinjaman dari Mbak Atik, teman baik istri saya, sehingga bisa membeli barang-barang tersebut.

Ketika mengingat masa-masa sulit itu, akhirnya saya harus bersyukur. Ternyata Allah selalu  menunjukkan jalan keluarnya. Allah selalu memberi kekuatan lahir dan batin untuk berusaha mengatasinya. Sungguh Allah maha benar dengan segala firmannya. Allah telah menegaskan bahwa sesudah kesulitan pasti ada kemudahan. Bahkan penegasan itu disampaikan hingga dua kali. Artinya, ini garansi yang 100% terjadi dan berlaku bagi semua makhlukNya. Karena yakin dengan ke-benaran tersebut, sampai-sampai ada yang mengambil kesimpulan bahwa beratnya cobaan menandakan semakin dekatnya pertolongan Allah.

Lantas apa yang perlu dilakukan setelah yakin dengan ketentuan Allah tersebut? Inilah wilayah kerja manusia. Saya harus berusaha sekuat tenaga agar bisa menjemput janji yang Allah berikan. Itu saja. Tapi bagaimana caranya, ya? Nah, ini yang sekarang sedang saya cari. Insya Allah jika sudah ketemu, saya akan menjalaninya dengan penuh semangat. Doakan agar saya bisa, ya.