Dongeng Sebelum Tidur by tammi prastowo - HTML preview

PLEASE NOTE: This is an HTML preview only and some elements such as links or page numbers may be incorrect.
Download the book in PDF, ePub, Kindle for a complete version.

 

Loyo? Ke Makam Aja!

Mungkin terasa aneh memahami judul tulisan ini. Orang loyo kok disuruh ke makam? Bagaimana mungkin ziarah kubur menjadi sarana refreshing baru? Bukankah ziarah identik dengan kuburan, dan kuburan lekat dengan suasana murung, sedih, dan berduka? Sementara refreshing itu kegiatan untuk mendapatkan kembali kesegaran jiwa. Orang yang refreshing dengan pergi ke makam bisa disangka orang aneh atau gila. Bagaimana mereka merasa senang dan bergembira ria ketika berkunjung ke makam

Begitulah logika umum yang dipahami sebagian besar masyarakat tentang refreshing dan ziarah. Dua aktivitas tadi seakan bertentangan jika digandengkan. Mendengar kata refreshing, biasanya yang terbayang adalah suasana suka cita. Sebaliknya, yang tergambar di benak tentang ziarah adalah suasana duka cita. Lantas, bagaimana bisa ziarah kubur menjadi sarana refreshing baru? Gaya hidup apa pula ini?

Sebenarnya tidak masalah orang refreshing ke manapun tempat. Kebanyakan orang menuju pusat-pusat keramaian untuk meringankan beban pikiran. Berbagai tempat wisata bisa menjadi tempat tujuan. Bahkan pusat keramaian seperti pasar dan pertokoan juga telah menjadi pilihan yang lumrah dikunjungi. Mereka berharap dapat sejenak meninggalkan rutinitas kerja dengan memasuki suasana yang berbeda dengan yang dijumpainya sepanjang hari. Besarnya keinginan masyarakat untuk mendapatkan semangat baru guna menjalani rutinitas kerja, mendorong lahirnya berbagai sarana hiburan dari yang legal hingga ilegal. Semua dijajakan konon untuk membuat orang menjadi segar kembali.

Namun ternyata orang masih merasa tidak puas dengan sarana hiburan yang ada. mengapa? Karena modus kerja setiap sarana hiburan itu sama: penikmat harus membayar sejumlah uang untuk mendapatkan kesenangan. Akibatnya, sewaktu kesenangan diperoleh, uangnya pun habis. Ketika memikirkan uang yang habis, seketika pikiran kita menjadi tegang lagi. Kita berusaha keras untuk dapat mengumpulkan uang lebih banyak lagi agar dapat membeli kesenangan. Jadi, sehabis refreshing, yang diperoleh bukanlah semangat baru untuk menjalani kerja dengan lebih bermakna. Akan tetapi, sehabis refreshing kita dihadapkan pada tuntutan untuk bekerja keras guna membeli kesenangan yang baru.

Siklus refreshing yang semacam itu mendorong sebagian orang untuk memikirkan alternatif refreshing yang lain. Mereka mencari sarana refreshing baru yang dapat membawa pengaruh dahsyat dalam kehidupannya, namun dapat diperoleh dengan biaya seminim mungkin. Apakah alternatif refreshing itu?

Seorang kawan melontarkan ide: ziarah kubur sebagai sarana refreshing. Semula aku menertawakan ide itu karena aku berpikir menggunakan logika berpikir kebanyakan orang. Akan tetapi, ketika kucermati, aku justru menilai ini ide brilian. Kok bisa? Logika sederhananya begini. Orang perlu refreshing karena dia jenuh dengan aktivitas hariannya. Dia merasa tidak bersemangat lagi mengerjakan tugas yang dulu dianggapnya penting. Padahal aktivitas harian inilah yang menjamin dapur rumahnya tetap mengepul. Dia perlu refreshing yang dapat membuatnya kembali termotivasi untuk menjalani hidup. Nah, kuburan adalah tempat yang tepat dia tuju. Mengapa? Karena kuburan adalah tempat orang-orang yang sudah selesai menempuh kehidupan dunia. Mereka tidak lagi disibukkan dengan agenda rapat bisnis, tagihan setoran pekerjaan, atau urusan utang-piutang.

Inilah cermin bening yang perlu kita tatap. Tujuannya untuk memunguti hikmah dari pengalaman para ahli kubur itu selama hidup di dunia. Tentu ada beberapa hal yang kita ingat tentang orang-orang yang sudah dimakamkan tadi. Nah, pengalaman hidup mereka itulah yang perlu direnungkan. Dengan demikian, kita akan lebih berhati-hati lagi menjalani sisa hidup yang ALLAH berikan pada kita. Jangan sampai kita menanggung rugi sebagaimana kerugian yang kini ditanggung para ahli kubur itu. Akan tetapi, hendaknya kita manfaatkan sisa waktu kita untuk berbuat kebajikan sebanyak mungkin. Ingatlah, kehidupan dunia adalah peluang singkat untuk mengumpulkan bekal menempuh kehidupan akhirat yang abadi

Berziarah kubur dapat memotivasi kita untuk menjalani hidup seolah kita akan hidup selamanya. Pada waktu yang sama, kita juga akan termotivasi untuk beribadah seolah-olah besok pagi kita mati. Kini, anda tidak perlu mengeluarkan banyak biaya untuk dapat mendongkrak gairah hidup yang loyo.