Dongeng Sebelum Tidur by tammi prastowo - HTML preview

PLEASE NOTE: This is an HTML preview only and some elements such as links or page numbers may be incorrect.
Download the book in PDF, ePub, Kindle for a complete version.

 

Bekal mudik

 

Mudik. Istilah ini sangat lekat dengan tradisi di ujung bulan ramadhan. hampir setiap orang yang pergi merantau meninggalkan kampung halaman ingin mudik kala idul fitri tiba. mereka ingin kembali merasakan nuansa dan suasana masa lalu yang tidak dijumpai di perantauan. Para pemudik berharap dapat kembali menyegarkan jiwanya. Ya, mereka selama ini lelah dalam memperjuangkan penghidupan. Tidak aneh jika untuk bisa merasakan kesegaran jiwa itu, para pemudik rela menghadapi berbagai tantangan yang merintangi jalannya. Lihat saja suasana di stasiun, terminal, atau pelabuhan. Antrian calon penumpang menyemut, lengkap dengan bawaan yang beraneka ragam. Untuk bisa terangkut dengan moda transportasi tadi, pemudik pun mesti berjuang agar bisa terangkut. Tangisan anak, teriakan, atau umpatan sering menghiasi upaya calon penumpang berebut tempat. Bukan tempat yang nyaman lagi yang dicari. Melainkan hanya secuil tempat yang tersisa agar bisa terangkut hingga ke kota tujuan.

Sayangnya, kondisi saling berebut itu tidak juga teratasi. Padahal jumlah calon pemudik dari tahun ke tahun terus bertambah. Sistem pelayanan yang tidak kunjung membaik mendorong sebagian pemudik untuk menggunakan kendaraan pribadi. Tentu saja penggunaan kendaraan pribadi jauh lebih nyaman daripada naik moda transportasi umum. Mereka bisa mengatur sendiri jadwal perjalanannya. Tidak ada lagi kekhawatiran tertinggal pesawat atau bus atau kapal. Tidak perlu lagi berdesak-desakan agar bisa sampai ke tempat tujuan. Inilah sejumlah pertimbangan yang menyuburkan jumlah pemudik dengan menggunakan kendaraan pribadi.

Begitulah gambaran antusiasme orang untuk mudik ke kampung halaman. Fenomena mudik lebaran sesungguhnya menggambarkan proses kehidupan manusia di dunia. Setiap manusia akan mudik ke kampung akhirat. Dia bakal kembali ke tempat asalnya di surga. Di kampung akhirat kita akan tinggal selamanya setelah merantau beberapa waktu di dunia.

Apa yang sebaiknya kita lakukan selama merantau? Allah menyuruh kita mengumpulkan bekal mudik sebanyak mungkin. Caranya bagaimana? Antara lain dengan memperbanyak ibadah misalnya menambah jumlah sedekah yang kita keluarkan atau menambah amalan harian kita dengan ibadah sunnah yang dulu belum sempat dikerjakan. Adapan peningkatan kualitas ibadah bisa dilakukan dengan memperbaiki kualitas sholat kita atau berusaha melakukan ibadah-ibadah utama seperti pergi haji ke baitullah. Semua kebajikan itu akan memperberat kantong bekal mudik kita. Jika kita bisa kembali ke kampung akhirat dengan bekal yang banyak, insya Allah kita akan hidup bahagia nanti.

Bagaimana seandainya kita gagal mengumpulkan bekal mudik akhirat yang cukup? Tentu saja kita hanya akan menanggung penyesalan berlarut-larut. Ini disebabkan karena kita tidak memiliki peluang lagi untuk mengulang kehidupan di dunia. Allah tidak memberi kesempatan kedua setelah kita mati. Artinya, mumpung kita masih diberi waktu oleh Allah, kita harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Kerja kita hanyalah mengumpulkan bekal sepanjang waktu yang sangat singkat ini. tentu saja dengan selalu meminta pertolongan dan petunjuk dari Allah. Ingatlah, tidak ada kekuatan yang lebih berdaya selain kekuatan Allah. La haula wala quwata illa billah. Semoga kita termasuk golongan orang yang beruntung. Kita bisa memanfaatkan waktu merantau yang singkat ini dengan sebaik-baiknya. Kita bisa mengisi waktu yang kita miliki dengan ibadah. Insya Allah, semua akan menjadi pemberat timbangan amal akhirat kita. Amin.