Membaca untuk mengurai makna
Macet. Tidak menemukan ide tulisan. Sukar mengungkapkan pikiran lewat tulisan. Inilah yang saat ini sedang saya alami. Saya merasa begitu susah untuk membuat satu tulisan, walaupun hanya singkat. Mengapa ini bisa terjadi?
Saya yakin itu disebabkan oleh karena saya tidak berpikir. Padahal perintah untuk berpikir sudah ditegaskan Allah dalam al quran. Ingatlah ayat tentang ulil albab. Mereka ialah orang-orang yang selalu berpikir tentang kejadian siang dan malam, saat terbitnya matahari maupun saat tenggelamnya, tentang kedatangan malam dan siang, semua itu menjadi terlupa.
Karena tidak berpikir, tidak ada pengetahuan baru yang saya peroleh. Rasanya sia-sia melewati waktu 24 jam tanpa bertambahnya pengetahuan. Bahkan sangat mungkin yang bertambah justru dosanya. Naudzubillahi min dzalik.
Karena tidak ada pengetahuan baru yang saya peroleh, tidak ada bahan yang bisa saya tuliskan. Jadi, penyebab tidak bisa menulis karena saya tidak bertambah pengetahuan akibat tidak menggunakan pikiran.
Saya pun kembali bertanya, apa yang perlu dilakukan untuk membangunkan pikiran yang tidur? Menurut al quran, satu-satunya cara ialah membaca. Membaca bisa bermakna menyimak hasil karya orang lain yang tertuang lewat tulisan. Membaca juga bisa bermakna menyimak pemikiran orang lain yang disampaikan secara lisan. Upaya menyerap masukan tersebut akan melahirkan output serupa pemikiran kita. Proses dialektika yang berlangsung dalam pikiran itu menjadikan kita lebih mudah menemukan pengetahuan baru. Selanjutnya, pengetahuan tersebut bisa kita tuliskan.
So, solusinya sudah saya dapatkan. Saya harus membaca. Itu saja.