Dongeng Sebelum Tidur by tammi prastowo - HTML preview

PLEASE NOTE: This is an HTML preview only and some elements such as links or page numbers may be incorrect.
Download the book in PDF, ePub, Kindle for a complete version.

 

Menghidupkan hati

Inilah ungkapan yang tepat untuk meng-gambarkan aktivitas saya belakangan ini. Saya  ingin menghidupkan hati yang telah mengeras. Kekerasan hati ini membuat saya tidak peka dengan kondisi lingkungan. Melemahkan semangat berusaha saya sehingga saya tidak berhasil melakukan loncatan besar dalam hidup. Membelenggu diri saya sehingga tidak optimal dalam berusaha. Padahal saya masih memiliki banyak sekali harapan. Saya masih ingin sekali memberi manfaat besar bagi keluarga, orang tua, dan lingkungan sekitar. Saya juga tetap memiliki keinginan untuk membawa kebahagiaan bagi orang-orang yang mencintai saya. Inilah yang harus saya perjuangkan sekarang.

Hati pun harus hidup, dan tidak keras karena degil. Hati yang hidup menjadi syarat bagi saya untuk lebih bersemangat memperjuangkan harapan. Lantas bagaimana cara meng-hidupkan hati?

Kata Rasulullah, obat penyakit hati itu ada 5 hal. Pertama, membaca al qur’an dan menghayati maknanya. Kedua, melakukan sholat malam secara khusyuk. Ketiga, berteman dengan orang-orang sholih. Keempat, perbanyak puasa sunah. Kelima, mem-perpanjang dzikir di waktu malam. Dari kelima hal tersebut, mana yang sudah  saya lakukan?

Ternyata yang saya lakukan saat ini baru sebatas memulai melakukan sholat malam, mentadaburi ayat-ayat al quran, dan mem-perbanyak dzikir di pagi hari. Mengawali memang sebuah langkah tepat untuk bisa mengobati hati. Namun yang lebih penting ialah melakukannya secara istiqomah. Ini yang belum berhasil saya jalani. Tanpa ke-istiqomahan, penyakit hati saya tidak mungkin terobati. Artinya, keinginan memiliki hati yang hidup pun tidak akan terwujud.

Membaca buku ‘Catatan Hati di Setiap Sujudku’ mengingatkan saya pada azzam tersebut. Saya bisa merasa terharu ketika meresapi kalimat-kalimat yang tentu ditulis dengan sepenuh hati. Sering kali air matapun menetes. Ternyata manusia itu tidak pernah berdaya ketika berhadapan dengan masalah. Kita sangat membutuhkan bantuan Allah untuk bisa mengatasinya.

Namun kesadaran untuk bersikap pasrah pada Allah itu tidak datang dalam waktu sekejap. Ada proses yang mesti dilalui seiring dengan semakin beratnya ujian. Pada titik terlemah kita akan dengan ikhlas menundukkan kepala dan memohon kepada Allah. Inilah yang menyentak kesadaran saya untuk lebih banyak berdoa. Semoga saya diberi hidayah Allah sehingga bisa menemukan kembali kehidupan saya yang lebih baik. Amin.