Suatu kali dalam sebuah persekutuan doa dengan rekan-rekan sekantor yang saya ikuti,
Romo yang hadir sebagai pembicara dalam persekutuan tersebut berkata bahwa menjadi
pengikut Kristus itu bahkan mungkin membuat kita tampak seperti orang gila!
Ini adalah kata-kata yang keras, tetapi saya tahu bahwa kalimat itu ada benarnya. ‘Gila’
bukan berarti sakit kejiwaan, tetapi ‘gila’ di sini adalah bertindak di luar nalar manusia biasa.
Bagaimana tidak? Kalau kita sungguh-sungguh memahami dan mendalami ajaran Kristiani,
kita akan melihat bahwa ajaran Kristus memang sungguh berbeda dengan apa yang
diajarkan dan dipahami dunia. Dalam salah satu nas Alkitab disebutkan bahwa ajaran lama
mengatakan ‘mata ganti mata, gigi ganti gigi’, tetapi Tuhan Yesus meminta kita untuk
meninggalkan konsep ‘membalas dengan setimpal’ itu dan menggantikannya dengan hukum
kasih: “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi orang yang menyakiti hatimu,”
Atau mungkin Anda masih ingat kata-kata Yesus juga kepada murid-muridNya, “Jika
seseorang menampar pipi kirimu, berikanlah juga pipi kananmu,”, “Jika seseorang meminta
pakaianmu, berikanlah juga jubahmu,” Jika kita sebagai manusia dunia mencoba mencari
penalaran untuk ajaran-ajaran Kristus, sampai kapanpun kita tidak akan bisa menemukan
penjelasan yang mendukung bahwa ajaran Kristen akan bisa membawa manusia menuju
‘kepenuhan’ duniawi. Ajaran Kristen tidak akan menjamin seseorang untuk sukses secara
finansial. Ajaran Kristen tidak menjamin seseorang akan memiliki kehidupan yang aman
tenteram sejahtera dan tanpa persoalan hidup. Ajaran Kristen juga tidak menjamin
seseorang untuk bisa mencapai apa yang ia cita-citakan. Namun, ajaran Kristiani akan
membawa manusia menuju ‘kepenuhan’ surgawi. Tuhan Yesus sendiri telah mengatakan
bahwa sebagai murid Kristus, kita tidak lagi sama dengan dunia. Justru itulah yang dituntut
Kristus dari kita yang mengaku sebagai murid-muridNya, yang mengaku percaya kepadaNya.
Memang kita mungkin tidak akan hidup bergelimang harta, kita mungkin juga tidak kunjung
memperoleh apa yang kita idam-idamkan; tetapi satu hal yang bisa kita dapatkan di balik itu
semua..sesuatu yang justru sangat penting dan menjadi bagian terpenting dalam hidup
manusia, yaitu Damai Sejahtera.
Tuhan Yesus selalu memberikan salam damai kepada murid-muridNya, dan ini menjadi
sebuah penguatan iman bagi kita. Melihat kehidupan Yesus yang sederhana, tidak juga
memiliki simpanan harta atau tabungan yang melimpah, namun mampu memberikan damai
kepada orang-orang di sekitarnya, seharusnya kita pun belajar untuk meneladan Dia.
Mungkin saat ini kita tengah berada dalam pergumulan karena berbagai persoalan hidup,
baik masalah finansial, masalah keluarga, atau masalah apapun. Kita merasa tidak puas
dengan kondisi yang kita alami saat ini. Nah, pada saat seperti inilah iman kita diuji. Apakah
kita sungguh bisa menerapkan apa yang kita pahami dalam ajaran Kristiani dalam
kehidupan?
85 | P a g e
Sebuah kalimat yang menarik saya baca dari renungan harian yang ditulis oleh Joyce Meyer,
“Kita bisa berbicara tentang iman, membaca buku tentang iman, mendengar ceramah
tentang iman, menyanyikan iman, tetapi di tengah badai kehidupan, kita harus
menggunakannya. Itu adalah saat dimana kita mengetahui berapa besar iman yang kita
miliki.”
Ketika masalah datang, maukah kita tetap percaya akan kuasa Tuhan? Ketika seseorang
menyakiti hati kita, maukah kita mengampuninya dengan tulus, tanpa mengharapkan
pembalasan Tuhan terjadi atas orang itu? Ketika seseorang menghina kita, maukah kita
memaafkannya dengan segera dan justru mendoakan orang itu?
Melakukan apa yang tertulis dalam Alkitab, apa yang diajarkan Yesus Kristus dan diajarkan
turun-temurun hingga zaman ini, mungkin akan membuat orang lain melihat kita dengan
pandangan aneh. Kita mungkin akan dianggap tidak punya harga diri, tidak normal, atau
ungkapan-ungkapan kebingungan dan keheranan dari orang lain yang belum mengenal
ajaran kasih. Namun, justru itulah tantangan kita. Maukah kita menggunakan iman kita
untuk menghadapi tantangan apapun yang terjadi dalam hidup kita? AMDG.
86 | P a g e