Perempuan Pengukir Jiwaku
Kasih ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi, tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia
Dalam kedewasaan saya, syair lagu kanak-kanak tadi terasa sangat mendalam. Saya tertegun ketika mengenang lembaran-lembaran kenangan bersama ibu. Sungguh, cinta yang dialirkan Allah swt melalui ibu bagi si buah hati merupakan anugerah yang agung.
Beliaulah orang yang pertama menentramkan hati di kala gundah. Ibu juga yang berusaha keras, menempuh segala cara yang halal, untuk bisa memenuhi keperluan saya. Tiada yang rela mengorbankan jiwa dan raga demi anak kecuali ibu. Maka sangat wajar bila Allah swt berjanji untuk selalu meluluskan permintaan seorang ibu, bahkan meletakkan surga yang indah di kakinya.
Lantas, mengapa ibu bersedia melakukan segalanya demi anak? Yang jelas karena anak bernilai sangat istimewa di mata ibu. Hubungan ibu dan anak berlangsung dengan melibatkan hati. Ibu menjadi sangat mengerti kondisi anaknya, sementara anak begitu memerlukan ibu. Anak menjadi tempat ibu menebar segala harapan. Doa pun tak lupa dipanjatkan demi keselamatan si buah hati. Jalan terasa lapang dan terang. Walaupun ibu belum tentu ikut memetik buah dari jerih payahnya selama ini.
Cukup lama saya mencoba merangkai kata di halaman persembahan dalam skripsi saya. Saya sangat ingin melukiskan pesona ibu di hati. Namun, yang terangkai hanyalah kalimat sederhana:
“Bagi ibu, yang mengajarkan kerja sebagai perwujudan cinta kasih.”