Dongeng Sebelum Tidur by tammi prastowo - HTML preview

PLEASE NOTE: This is an HTML preview only and some elements such as links or page numbers may be incorrect.
Download the book in PDF, ePub, Kindle for a complete version.

 

Di Bawah LangitMu Kami Bentangkan Sajadah

 

Fasilitas yang terbatas bukan halangan bagi warga perumahan tempat saya untuk menuai pahala ramadhan. Ya, walaupun perumahan sudah memasuki tahun kedua aktif dihuni, namun keberadaan masjid masih samar-samar. Katanya, sih, sudah ada rencana posisi masjid di sini. Namun, setiap kali warga menanyakan posisi itu, pengembang tidak bisa menunjukkannya secara pasti. “Belum pasti, pak, karena master plan-nya masih terus disempurnakan.” Begitu kilah mereka.

Keberadaan masjid sangat kami perlukan untuk dapat melaksanakan sejumlah kegiatan. Anak-anak kami perlu tempat untuk belajar memahami al qur’an. Sebagai awalan, saat ini mereka belajar al quran dua kali dalam sepekan. Ibu-ibu pun tidak mau ketinggalan. Mereka juga mengadakan majelis taklim sebulan sekali. Begitu pula bapak-bapaknya. Selama ini warga memanfaatkan rumah yang dipinjamkan oleh pengembang.

Pada Ramadhan 1431 H, warga peru-mahan sepakat mengadakan kegiatan tarawih bersama. Inilah puasa pertama yang akan dijalani sebagian besar warga kompleks saya. Tentu saja kami berharap dapat menjalan-kan ibadah dengan penuh semangat.

Bukan tanpa alasan jika tarawih bersa-ma disepakati oleh sebagian besar warga. Pertama, karena bulan puasa bulan mendulang pahala dari ALLAH swt. Kami berharap dapat memanfaatkan kesempatan emas ini untuk lebih dekat padaNYA. Kedua, meneladankan motivasi beribadah pada anak-anak kami. Ketika melihat bapak-ibunya sholat tarawih berjamaah, sema-ngat beribadah anak-anak pun akan ikut bergelora. Inilah contoh simpel keteladanan yang kami maksudkan. Ketiga, menjaga keamanan lingkungan. Kompleks perumahan kami tidak berbentuk kluster. Belum ada regu satpam yang berjaga di tiga pintu masuk. Penghuninya pun baru sekitar 30-an orang. Dengan kondisi yang terbuka tentu mudah bagi orang berniat jahat untuk masuk ke kompleks perumahan. Berdasarkan informasi, tidak jarang pelaku kejahatan menjalankan aksinya saat rumah dalam keadaan kosong karena ditinggal beribadah. Jika menggelar tarawih bersama di dalam kompleks, niscaya faktor-faktor penarik terjadinya kejahatan dapat dieliminir.

Permasalahannya rumah yang dipin-jamkan pengembang dinilai tidak bisa diguna-kan. Rumah itu terlalu sempit. Duh, gimana nih? 

Bermodalkan semangat dan kebersa-maan, kami sepakat memanfaatkan lahan paling representatif yang ada. Bukan lapangan, karena bakal lapangannya masih berupa gerumbul semak-semak. Lantas apa? Jalan kompleks. Inilah tempat yang paling tepat dipilih. Terbentang sepanjang kompleks, lebarnya 4 meter, dan sudah dipaving. Jadi, bisa memuat banyak orang dan tidak jeblok saat hujan.

Akhirnya, sebuah tenda biru kami dirikan. Tenda itu bekas sumbangan waktu gempa melanda Klaten di Mei 2006 dulu. Ukurannya yang 4x4 meter masih bisa ber-tambah karena setiap sisinya bisa direntangkan.

Tikar-tikar digelar. Bahkan, sebuah spanduk plastik bekas background acara wisuda pascasarjana juga kami manfaatkan sebagai alas sholat. Di sinilah warga perumahan kami menyelenggarakan tarawih.  

Ada nuansa lain yang saya rasakan saat sholat di tempat terbuka. Kami tidak terasa gerah karena angin leluasa menyapa. Tidak bakal keringatan walau imam tarawih ngebut.

Selain itu, bisa merasakan suasana alam. Bintang dan bulan bisa kami saksikan dengan jelas. Titik-titik terang itu begitu indah menghiasi langit malam yang pekat. Sungguh besar kekuasaan ALLAH, Sang Khalik. Inilah waktu yang tepat untuk lebih memahami ayatNya: sungguh di balik penciptaan langit dan bumi, dan bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi ulil albab (orang yang berpikir). Yaitu orang-orang yang selalu mengingat Allah ketika dia berdiri maupun berbaring, dan selalu berpikir tentang penciptaan langit dan bumi. Mereka lalu berkata,” Rabbana, ma khalaqta hadza bathila, subhanaka, wa qina ‘adzaabannaar.”