Dongeng Sebelum Tidur by tammi prastowo - HTML preview

PLEASE NOTE: This is an HTML preview only and some elements such as links or page numbers may be incorrect.
Download the book in PDF, ePub, Kindle for a complete version.

 

Panas Dingin

4 ramadhan 1433. Sehabis sahur saya merasakan udara begitu dingin. Pulang dari sholat subuh di masjid, saya tiduran sambil berkerudung sarung. Tidak hanya satu, bahkan 3 helai sarung sekaligus saya pakai. Namun badan saya tetap merasa kedinginan. Sementara kepala saya terasa panas. Melihat kondisi tadi, istri saya mengambil jaket lalu menyelimutkannya ke badan saya.

Dzaky dan ibunya berangkat ke sekolah. Di rumah saya berusaha tidur. Saya berharap agar badan saya kembali sehat. Untuk menenangkan hati, saya berdzikir kepada Allah.

Pikiran saya lari pada pengalaman serupa dulu. Ya, ketika masih tahun-tahun awal kuliah di UNS, saya pernah mengalami kondisi seperti ini. badan panas, tapi saya menggigil kedinginan. Waktu itu saya sedang bersiap menghadapi ujian semester. Sempat muncul rasa cemas seandainya besok pagi kondisi saya tidak pulih. Bisa-bisa saya tidak lulus ujian.

Namun, saya teringat dengan hadits Rasulullah yang menyatakan bahwa sakit panas seorang mukmin itu merupakan pertanda dosa-dosanya tengah dikurangi oleh Allah. Karena meyakini keterangan tadi, saya membaca istighfar sebanyak mungkin. Lisan saya bekerja menyebut asma Allah. Allah pun kembali menunjukkan kasih sayangNya pada saya. Kondisi panas semacam itu tidak berlangsung lama. Saya mulai merasa tidak enak badan sehabis sholat ashar. Menjelang maghrib, badan saya sudah pulih kembali. Saya pun bisa sholat maghrib berjamaah di masjid nurul huda kembali. Alhamdulillah.

Pengalaman itu begitu berkesan bagi saya hingga sekarang. Padahal itu terjadi tahun 1995-an. Artinya sudah terjadi 17 tahun lalu. Sejak saat itu, setiap kali badan saya terasa panas, saya berkhusnudzon kepada Allah. Inilah saatnya saya mengurangi beban dosa yang sudah menggunung tinggi. Dalam kondisi semacam ini, saya berusaha memperbanyak istighfar dan dzikir. Saya berharap Allah pun menggugurkan dosa-dosa saya lebih banyak lagi.

Tanpa saya sadari ternyata saya tertidur. Tidak lama waktunya memang, tetapi saya merasa badan menjadi lebih segar. Tidak lagi merasa kedinginan. Tinggal tenggorokan yang radang. Hidungpun mampet. Wah, ini gejala sakit flu. Sementara saya sudah berniat puasa hari ini. kalau saya meneruskan puasa ini, berarti baru nanti maghrib saya bisa meminum obat. Kondisi saya kemungkinan menjadi lebih lemah. Padahal puasa masih tersisa sekitar 26 hari. Wah, jangan-jangan beberapa hari ke depan saya mesti tidak puasa karena badan ngedrop. Saya tidak mau mengalami keadaan tadi. Makanya, saya putuskan untuk membatalkan puasa hari ini. saya minum tolak angin dengan dua gelas air putih. Badanpun terasa hangat.

Jam 10 istri saya pulang. Dia memaklumi keputusan saya membatalkan puasa. Bahkan, istri saya juga membeli stup lidah buaya di sekolah. Harganya 4000 rupiah. Sementara istri saya memasak untuk buka nanti siang Dzaky, saya menikmati stup lidah buaya. Setelah masakan matang, saya pun makan siang. Semula saya bermaksud makan bareng Dzaky. Akan tetapi, menurut istri saya hal itu tidak tepat dilakukan. Dzaky saat ini sedang berlatih puasa. Dia makan sahur lalu berbuka saat dhuhur. Sehabis berbuka, dia kembali melanjutkan puasa hingga maghrib. Apabila dzaky melihat saya berbuka bareng dia siang ini, istri saya khawatir dzaky keliru menyimpulkan aturan puasa.